yang sedang berkunjung

free web site traffic and 

promotion

Sabtu, 11 Februari 2012

4 Alasan haram merayakan Valentin day


Apa kabar Sobat! Kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang sejarah Valenti. Ini penting agar kita bisa lebih rasional dan yakin dalam menyikapi fenomena valentine day yang sekarang ini semakin marak dirayakan di Indonesia, terutama dikalangan anak-anak muda muslim. Nah, begini nih.. Valentin (tanpa e atau huruf s) adalah nama seorang martir (orang Kristen yang terbunuh karena mempertahankan ajaran agama yang dianutnya). Dia seorang tokoh agama Kristen yang karena kesalehan dan kedermawanannya diberi gelar Saint atau Santo disingkat dengan St., yang mempunyai tempat istimewa di dalam ajaran agama kristen. Panggilan atau gelar ini dilekatkan pula kepada tokoh Kristen yang lainnya, seperti St. Paul, St. Peter, St. Agustine dan sebagainya. St. hanya dihubungkan dengan nama seorang penganjur dan pemimpin besar agama Kristen, dan karena itu tidak dapat diberikan kepada sembarang , yang dinilai bahwa tingkat keagamaannya masih rendah.
St. Valentin ini karena pertentangannya dengan Kaisar CLAUDIUS II, penguasa Romawi pada waktu itu, berakhir dengan pembunuhan atas dirinya pada abad ketiga, tepatnya pada tanggal 14 Februari tahun 270 Masehi. Menurut kepercayaan Kristen, kematian Valentin ini dikategorikan martir membela agamanya, sebagaimana orang Islam menyebut syahid bagi seorang muslim yang terbunuh di medan jihad.
Kematian yang tragis, kebaikan, dan kedermawanan Valentin ini tidak dapat dilupakan oleh para pengikutnya di belakang. Valentine dijadikan simbol bagi ketabahan, keberanian, dan kepasrahan seorang Kristen menghadapi kenyataan hidupnya. Namanya dipuja dan diagungkan dan hari kematiannya diperingati oleh pengikutnya dalam setiap upacara keagamaan yang dianggap sesuai dengan peristiwa tragis itu. Upacara peringatan yang pada mulanya bersifat religius itu dimulai pada abad ketujuh Masehi dan berlangsung sampai abad keempat belas, dan setelah abad itu signifikansi keagamaannya mulai hilang dan tertutup oleh upacara dan ceremony yang non-agamis.
Hari Valentin, sebagaimana dikatakan di atas, adalah hari kematian Valentine yang kemudian diperingati oleh para pengikutnya setiap tanggal 14 Februari. Kemudian hari Valentine ini dihubungkan pula dengan pesta atau perjamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut supercalia yang biasanya jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang Romawi masuk Kristen, maka pesta supercalia itu secara religius dikaitkan dengan kematian atau upacara kematian St. Valentine.

Penerimaan Valentine sebagai model kasih sayang tulus diduga seperti berasal dari kepercayaan orang Eropa, bahwa masa kasih sayang mulai bersemi bagi burung jantan dan burung betina pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Perkiraannya atau kepercayaannya ini lalu berkembang menjadi pengertian umum bahwa sebaiknya pihak pemuda mencari seorang pemudi (wanita) untuk menjadikan pasangannya dan sebaliknya pada tanggal tersebut. Bersamaan dengan itu, mereka menyarankan untuk saling tukar tanda mata atau cadeau (kado) sebagai lambang terbinanya kasih sayang di antara mereka. Namun, Valentine ini lebih dipopularkan lagi oleh orang-orang Amerika dalam bentuk greeting card (kartu ucapan selamat) terutama sejak berakhirnya Perang Dunia I.
Nah….begitulah sejarahnya, kawan! Ok, sekarang bisa saya simpulkan, bagi anak-anak muda muslim yang keukeuh peuteukeuh memperingati Valentin Day, saya jelaskan bahwa memperingati Valentin Day, adalah :
1. Mengikuti kaum Kristen yang memuja, membanggakan tokoh Kristen bernama Valentin yang mati. Padahal seorang muslim seharusnya bangga dan mengikuti jejak Rasulullah, para sahabatnya, para pejuang islam yang syahid karena membela islam.
2. Mengikuti dan mempercayai mistik orang Eropa, sepert Amerika yang menganggap bahwa tanggal 14 atau 15 februari adalah hari mulai tumbuhnya kasih saying. Padahal di dalam islam kasih saying itu sudah ada sejak manusia dilahirkan.
3. Mengikuti orang-orang non muslim yang memaknai kasih saying di hari Valentin adalah istimewa, sehingga pada hari tersebut setiap orang terutama pria dengan wanita bukan muhrim (belum sah) bebas melakukan hal-hal yang sebenarnya diharamkan.
4. “Tasyabbuh” atau menyerupai suatu kaum, dalam sebuah hadits dikatakan “ Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk didalamnya”..
Nah..sahabat, anak-anak muda muslim yang baik, masih mau merayakan Valentin Day? Semoga Allah berikan Hidayah kepada kita semua. Amin
READ MORE - 4 Alasan haram merayakan Valentin day

Sabtu, 10 September 2011

AKSI SOLIDARITAS HARI JILBAB INTERNASIONAL


Ratusan masa menggelar Aksi Solidaritas Hari Jilbab Internasional, masa terdiri dari beberapa gabungan ormas muslimah diantaranya KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), LDK (Lembaga Dakwah kampus), BKMI, JPRMI (Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid , sera SALIMAH (OPersaudaraan Muslimah), dalam aksinya masa mengingatkan kepada masyarakat muslimah untuk bersama-sama mengikuti perintah berjilbab sebagai identitas muslimah, mereka juga mengingatkan intansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang pendidikan dan mempekerjakan muslimah untuk tidak melakukan pengecualian tidak berjilab, kaena saat ini masih disinyalir adanya islamopobia yang mengorbankan para muslimah dengan intimidasi tidak berjilbab, masa juga membagi-bagikan pamphlet yang berisi kisah Marwa ElSharbini di Mesir yang dibunuh dengan sadis oleh pemuda Jerman keturunan Rusia, karena mempertahankan hak berjilbabnya.
Aksi longmach dimulai dari lapangan Hypermart sampai Taman Joglo Cianjur, aksi berlangsung damai. Teni, mahasiswa unsure dari LDK yang juga sebagai coordinator aksi menuturkan “kegiatan tersebut untuk mengingatkan kepada warga muslimah Cianjur dan pemerintah untuk tetap konsisten mempertahankan identitas muslimahnya, sebagai bukti bahwa di Cianjur ini masyarakatnya sesuai dengan selogan pemdanya, “Gerbang Marhamah” nah salahsatu cirinya ya melaksanakan berjilbab sebagai perintah agama” tuturnya.
READ MORE - AKSI SOLIDARITAS HARI JILBAB INTERNASIONAL

Minggu, 14 Agustus 2011

Pengibar Pertama Bendera Pusaka


Ilyas Karim. Demikian nama lengkap bapak tua yg malam lalu sempat muncul di TV. Tak banyak orang mengetahui kalau ternyata bapak 83 tahun ini adalah salah satu dari 2 orang pengibar bendera pusaka pertama.. Menyimak apa yang disampaikannya, rasanya begitu miris dan haru hati ini, hamper tidak percaya, ternyata kata “pahlawan” yg memang selayaknya ditujukan kepada beliau, ternyata tidaklah memberikan gambaran manis atas realita yg sesungguhnya ia alami. Beberapa kali ia dan keluarganya harus terusir dari tempat tinggalnya hanya karena mereka tidak mampu membuat surat legal kepemilikan tanah yg ditempatinya. Tetapi apakah hanya karena ketidakmampuan tersebut kemudian ia harus kehilangan penghargaan atas jasanya? Padahal kita sering mengenal bahwa bangsa yang BESAR adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. orang yang telah berjasa dan membuat semua manusia Indonesia bangga pada masanya, menjadi manusia hina dimasa tuanya. 66 tahun si;am peristiwa pengibaran bendera pusaka itu berlalu, hari ini semoga 17 agustus kembali mengingatkan mereka para pahlawan, mendoakan yg sudah gugur dan memuliakan yg masih hidup.
READ MORE - Pengibar Pertama Bendera Pusaka

Kamis, 04 Agustus 2011

Aksi Sejati Mahasiswa Indonesia



Wahai Pemuda! Dalam sejarah bangsa kita, kalian adalah ruh baru yang memasuki relung-relung jiwa yang hampa…kalian adlah air huja yang membasuh lahan-lahan yang tandus..kalian adalah peluru-peluru tajam yang mematikan para pemberontak…kalian adalah harapan yang selalu didamba..kalian adalah penggerak perubahan atas tirani. Jangan kalian tanggalkan lencana alamamter dari sumpahmu, reformasi belum usai..kalian adalah pengawalnya…

1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdammendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadiPerhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori olehSoekarno pada tanggal 11 Juli 1925.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, di antaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Di antara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha memengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI, HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini,dia adealah soe hok gie
1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
 Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
 Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai olehWilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
1977-1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Gerakan bersifat nasional namun tertutup dalam kampus, Oktober 1977
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. [1] 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!". Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali tentram.[2]
Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya mahasiswa kembali
10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan.
Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.
Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan pengawalan ketat tentara.
Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam dengan cerdik.
Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas, menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa.
Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan".[2]
Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa
Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal sekaligus akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah penyebaran benih-benih teror dan pengekangan.
Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara.
Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus. Berikutnya, ITB kedatangan pria loreng bersenjata. Rumah rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal.
Di UI, panser juga masuk kampus. Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah menjadi medan perang. Kemudian hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.
Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer. Sepulang aksi dari Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu itu, Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera membubarkan aksi dan men-drop out para pelakunya. Sikap rektor seragam, sebisa mungkin ia melindungi anak-anaknya.
Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam proses tersebut, mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar, mereka tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas, walau Para Rektor berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.[2]
Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.
Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintah dalam hal iniPangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim semakin kuat.
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengankelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.
1998
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya:Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
READ MORE - Aksi Sejati Mahasiswa Indonesia

Rabu, 03 Agustus 2011

RISALAH PEMUDA


Apa Kabar wahai para pemuda?
Semoga kabar baik dan sukses senantiasa menyertai kita semua. Apa yang sedang terjadi pada diri anda saat ini..? Apa yang sedang anda lakukan dijaman yang serba canggih ini? Engkau adalah asset bangsa ini,!
Aset yang paling besar bagi suatu bangsa adalah pemuda. Pemuda mempunyai posisi yang sangat penting dalam proses regenerasi suatu bangsa. Pemudalah yang akan menyambut tongkat estafet kepemimpinan suatu negara. Keberhasilan perjuangan suatu bangsa akan tercermin dari keberhasilannya melahirkan generasi penerus yang berkualitas sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya sejajar dengan bangsa lain di dunia.

Pemuda Islam disetiap zaman dan ditempat manapun, dari dulu sampai sekarang ini, tetap merupakan tonggak berdirinya umat islam, kunci rahasia di balik kebangkitannya, melahirkan kejayaan dan peradabannya. Mengibarkan panjinya serta menuntun Islam untuk keagungan dan kemenangan. Tidak dapat di pungkiri bahwa sekelompok orang beriman saat pertama kali fajar dakwah ini merekah, mereka itu adalah generasi muda. Panji Islam tidak akan pernah berkibar dalam tataran kemanusiaan, kekuasaannya tidak akan terhampar di muka bumi dan dakwahnya tidak tersebar kecuali di tangan komunitas orang beriman yaitu pemuda islam.

Pemuda mempunyai potensi yang sangat dahsyat, akan tetapi kenyataan yang ada sekarang pemuda yang penuh potensi itu tengah dirundung permasalahan. Adapun kondisi secara umum untuk pemuda saat ini adalah :
1. Krisis Identitas
2. Mengabaikan Ibadah
3. Mengekor Budaya Barat
4. Menyia-nyiakan waktu
5. Kurang mandiri (unentrepreneurship)

Pada saat ini pemuda dituntut untuk bangkit dengan tanggung jawab memikul amanat yang besar dan memainkan peranannya dalam peradaban untuk menyelamatkan dunia Islam khususnya dan alam semesta umumnya dari kedzaliman setan materialisme yang melampaui batas gelombang pesimisme yang dahsyat. Peranan yang pemuda lakukan adalah membangkitkan sifat kritis, sebagai generasi pengganti, generasi penerus, pembaharu moral umat, dan sebagai unsur perbaikan.

Pemuda dalam Lintasan Sejarah


Kemerdekaan yang telah dicapai bangsa Indonesia tak lepas dari peran pemuda di kala itu. Semangat kebersamaan yang mulai di rintis, terbuktikan dengan sebuah tekad, yang lahir dalam bentuk sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Tanah air yang satu, bangsa yang satu, dan bahasa yang satu bahasa Indonesia. 

Dalam Al-Qur'an banyak terdapat kisah keberanian para pemuda Islam. Diantaranya Nabi Ibrahim, bagaimana beliau dengan beraninya menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya ketika itu. Bagaimana dengan Rasul kita, Muhammad, Saw. Ketika beliau diangkat menjadi Rasul, beliau adalah seorang pemuda. Pengikut beliau rata-rata adalah para pemuda juga, bahkan ada yang masih anak-anak. Contohnya, Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang ketika itu berusia 8 tahun. Abdullah bin Mas'ud berusia 14 tahun, Sampai dengan Ubaidah bin Al Harits yang paling tua diantara mereka yang berusia 50 tahun.

Bangunlah para Pemuda


Kehidupan seperti apakah yang ingin kita lakonkan, itu semua tergantung dari diri kita sendiri. Tidak akan ada yang bisa memaksakan diri kita, bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini. Tapi, kita juga harus ingat, bahwa apapun yang dilakukan dalam kehidupan ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.

Pemuda adalah yang memiliki fisik kuat, darah yang segar, mental tangguh, semangat yang terus membara, berani, emosional, daya tangkap yang lebih cepat, dan juga masa yang produktif. Mumpung kita masih memiliki itu semua, dan waktu yang cukup, marilah kita merubah kondisi yang ada sekarang menjadi kondisi yang sesuai dengan Islam. Maka, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memperbaiki diri sendiri. Jadilah seseorang yang punya kepribadian Islam. Jadilah seperti para pejuang sejati, yaitu seperti para sahabat nabi. Dan janganlah menjadi generasi bebek. Generasi yang bisanya hanya ”mbebek”. Parahnya yang ditiru adalah peradaban Barat yang jelas-jelas tidak sesuai dengan Islam. 

Kesuksesan bangsa ini, tergantung pada diri para pemudanya. Terlebih lagi, kesuksesan dan masa depan seperti apa yang kita inginkan, hanya bisa ditentukan oleh kita sendiri, bukan ortu, dosen, ataupun kawan-kawan kita. Allah Swt. berfirman, " Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri " (QS Ar Ra'du:11).

Ayo..tunggu apalagi? Jalan sudah terbentang di depan kita tinggal di jalani. Mulailah tempa diri kita menjadi generasi yang bisa membanggakan bagi diri sendiri, orang tua, orang-orang disekitar kita, dan lebih dari itu, jadilah orang yang dijanjikan pahala oleh Allah Swt., " (Dan) Allah telah berjanji kepara orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan amal-amal shahih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi ini sebagaimana telah Dia jadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang paling diridlaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan mereka) sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku " (QS. An Nuur:55)

Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/spirituality/2030115-risalah-pemuda/#ixzz1TyjSHZTE
READ MORE - RISALAH PEMUDA

CARA MEMASANG TOMBOL SUKA DI BLOG

Cara Membuat Tombol Suka Facebook di Bawah Setiap Artikel

Wah, baru saja nih saya pasang widget yang satu ini.Widget yang sangat berguna. Kenapa enggak?Facebook menempati urutan kedua mengenai situs paling populer di dunia setelah Google.Nah, maka dari itu, ada baiknya kalo kita menggantungkan situs kita dengan facebook. Karena dengan begitu, situs kita dapat tetap eksis di kalayak umum tanpa mempublikasikan ke sana sini. Langsung saja ke intinya.
Pertama,


1. Log In dulu ke blogger.
2. Klik Rancangan lalu pilih Edit HTML.
3. Centang Expand Template Widget dan back up dulu template anda.
4. Cari kode seperti ini.

<data:post.body/>

    Catatan: Jika ada dua kode yang sama seperti diatas pilih kode yang kedua.

5. Setelah ketemu tambahkan kode berikut ini di bawah kode tadi.


<b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'>
<iframe allowTransparency='true' expr:src='&quot;http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=&quot; + data:post.url + &quot;&amp;layout=standard&amp;show_faces=false&amp;width=100&amp;action=like&amp;font=arial&amp;colorscheme=light&quot;' frameborder='0' scrolling='no' style='border:none; overflow:hidden; width:410px; height:40px;'/>
</b:if>
 
Warna biru, bisa diganti dengan kode warna yang lain.
light untuk template putih.
dark untuk template warna hitam seperti punya saya.

6. Save template

READ MORE - CARA MEMASANG TOMBOL SUKA DI BLOG

Selasa, 02 Agustus 2011

YOUTH TRAINING 24 HOURS FRESH AND FUN

JPRMI dan LSM Lazuardi Biru selenggarakan YOUTH  TRAINING 24 HOURS FRESH AND FUN, Selasa-Rabu (16-17) Agustus 2011. Direncanakan hadir dalam acara tersebut Ebiet Beat, nama yang tidak asing lagi dikalangan remaja muslim jawa barat. Selain Ebiet, bintang layar lebar yang sempat ngetop juga direncanakan hadir, siapa lagi kalo bukan Meyda Safira, aktor KCB. Acara juga akan dimeriahkan Group musik "Debu". Acara akan dinulai pukul 08.00 yang bertempat di Pusdai Jabar. Nah...bagi kaula muda yang penasaran ingin mengikuti acaranya, bisa datang langsung ke lokasi acara...atau? nah..di cianjur juga bisa bikin tuh..Eh, ngomong-ngomong apa yang diomonginnya ya...ya udah..ikuti aja acaranya, ok
READ MORE - YOUTH TRAINING 24 HOURS FRESH AND FUN